Setelah perayaan yang dianggap sebagai “Lebaran Skena” ini usai, tidak hanya kolaborasi para musisi bersama seniman, kembalinya Captain Jack dengan format reunian, atau NEGATIFA yang debut main di Yogyakarta saja yang menjadi pembicaraan. Tetapi ada satu hal yang menjadi penting dan juga menjadi perbincangan paska acara, yaitu tata suara atau sound system. Banyak para penonton, beberapa sound engineer, atau artis yang bertanya-tanya tentang produksi tata suara Cherrypop 2025.
Penulis menemui beberapa penonton di Nanaba Stage, lalu menanyakan perihal tata suara Cherrpop 2025 dan jawaban yang diterima adalah komplain tentang tata suara pada malam itu. Sekitar pukul 19.30 waktu setempat, Barasuara baru bermain setengah repertoarnya. Terbukti, bahkan sampai di lagu keempat, suara di Nanaba Stage tak kunjung nyaman di dengar.
“Barasuara tadi pedes banget, nggak nyaman didengar,” kata penonton bernama Dika.
“Khusus di Nanaba Stage, waktu Sunwich lumayan oke (tata suaranya). Tapi mulai Barasuara sama Perunggu langsung kacau entah kenapa. Padahal dua grup band itu yang khusus aku mau tonton. Aku menduga vendor sound system-nya problematik. Mungkin ya,” ujar Agib Tanjung, salah seorang pemerhati musik di Jogja.
Tidak hanya saat acara berlangsung saja, berbagai komplain juga dapat ditemukan di kolom komentar akun Instagram @cherrypopfest. Di salah satu unggahan, ada beberapa netizen yang berkomentar untuk menyampaikan pengalamannya saat menonton Barasuara dan Perunggu. Ia juga membandingkan bagaimana kondisi Cherry Stage dan Nanaba Stage.
“Jujur, cherry stage sound-nya lebih balance dari nanaba stage, day 1 nonton barasuara soundnya bikin ga nyaman, pas perunggu juga berapa kali trouble, day 2 juga di stage nanaba, lomba sihir sama reality club berapa kesalahan teknis sama sound nya kurang nyaman, tapi di stage cherry enak banget soundnya,” tulis akun @cowokkoknamanyadebi.
“Tulung banget min taun ngarep sound e kudu apik, kecewa tenan ro nanaba stage sound e jann ra masuk blass. (Tolong sekali tahun depan sound-nya harus bagus, kecewa sekali dengan Nanaba Stage sound-nya kurang maksimal). Tulis akun Instagram @rapiidayat.
Penulis sendiri juga merasakan ketidaknyamanan suara panggung saat Teenage Death Star tampil di Nanaba Stage untuk mengakhiri hari pertama. Penulis mengira bahwa hanya lagu pertama dan kedua yang tidak nyaman untuk didengar karena penyesuaian. Tetapi sampai lagu ke 4 pun tetap sama saja yang akhirnya penulis memutuskan untuk undur diri.
Salah satu yang bertanya-tanya tentang produksi tata suara Cherrypop 2025 adalah Yossy Herman, dikenal juga sebagai gitaris dari band Majelis Lidah Berduri, dan dikenal juga sebagai sound engineer profesional dari berbagai proyek seni yang berhubungan dengan produksi tata suara.
Yossy ditemui pada hari Sabtu saat menonton Shaggydog di panggung Cherry Stage. Ia sudah standby sebelum Shaggydog tampil, dan berada di tempat yang paling strategis untuk menonton sebuah pertunjukan, yaitu tepat di depan FOH (Front Of House) tempat di mana seorang sound engineer bekerja.
“Kok sound (out) Shaggydog seperti ini? Ini sound engineer-nya? Shaggydog-nya? Atau produksi Cherrypop-nya?” tanyanya dengan agak berteriak.
Setelah berpisah, di kemudian hari, penulis menghubungi Yossy melalui WhatsApp untuk menanyakan lebih lanjut tentang produksi tata suara Cherrypop 2025. Menurut Yossy, penyelenggara Cherrypop 2025 harus lebih selaras dengan vendor penyedia alat-alat tata suara untuk produksi yang lebih maksimal. Mengingat lagi, ini adalah festival tahunan yang mempunyai puluhan penampil dan beberapa panggung.
“Koordinasi dari pihak penyelenggara acara dengan vendor audio harus lebih di tingkatkan. Pembahasan detail acara, penempatan titik-titik panggung satu dengan panggung lainnya. Mengingat ada 4 titik panggung di dalam sebuah area yang tidak ada pembatasnya. Bukan hal yang gampang untuk membuat semua area penonton di level nyaman. Bagaimana meminimalisir suara tidak begitu mengganggu panggung yang lain atau pengunjung festival yang sedang tidak berada di depan panggung, tapi tetap maksimal di dalam coverage area,” jelas Yossy.
“Pembatasan level dan coverage area menurutku jadi sangat penting untuk model venue seperti Lapangan Kenari yang berbentuk lapangan kotak,” imbuhnya.
“Membatasi level sound out dan coverage area ideal penonton jadi sangat penting. Hal tersebut pasti juga tidak gampang karena masing-masing sound engineer band pengen volume yang maksimal. Tapi semua itu bisa di lakukan kalau di komunikasikan dengan baik dengan para engineer band yang akan tampil.”
Meski demikian, Yossy pun menyarankan bagaimana seharusnya produksi tata suara suatu festival musik itu bisa mencapai level kepuasan penonton.
“Membuat perencanaan tentang desain tata suara yang tepat dengan tenaga ahli yang kompeten di bidangnya. Bagaimana membuat tata suara tetap maksimal (di dalam coverage area) dan pada saat yang sama juga, pengunjung yang tidak berada di dalam area tersebut tidak terlalu terganggu,” tambahnya.
Sosok pria yang punya hobi mancing ini juga menjelaskan lebih lanjut tentang festival musik yang tidak hanya tentang produksi sound yang harus nyaman dinikmati. Jika dilihat melalui pandangannya, festival musik adalah suatu kegiatan yang dinikmati penonton seharian penuh dan berlangsung beberapa hari, dengan begitu pasti akan ada jeda untuk penonton beristirahat sejenak atau menikmati konten lainnya selain nonton band favoritnya di panggung.
“Benar itu festival musik, dan audio adalah yang paling penting di dalam pertunjukan musik, tapi yang terjadi di dalam tidak hanya sekedar musik. Ada tenda merch, FnB, dan tempat-tempat istirahat yang bisa dijadikan “leren sejenak”. Yang pasti pengennya di tempat-tempat tersebut pengen lebih tenang, supaya bisa sejenak istirahat atau sekedar ngobrol dengan teman,” kata Yossy.
“Berada di dalam festival musik dari siang sampai malam itu menyenangkan, kalau didukung dengan tata suara yang maksimal,” pungkasnya dengan senyum.
Memang, melihat dari eksekusi produksinya, Cherrypop dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dari tahun pertama, di Alpha Bravo yang hanya satu panggung hingga kemudian di tahun keempat di Lapangan Kenari yang memiliki empat panggung, seolah promotor mendengar para penggiat skena musik gorong-gorong yang semakin membludak. Tetapi dengan adanya protes ini, apakah Cherrypop 2026 akan menjadi lebih memuaskan penonton?
*Artikel ini ditulis oleh Denny Marhendri dan diedit oleh Agib Tanjung.
