Krisis Air Bersih di Yogyakarta 2025: Antara Kekeringan dan Tantangan Infrastruktur

Kekeringan yang meluas terjadi tidak hanya di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul, tetapi juga menyerang aspek kualitas air di Kota Yogyakarta.

0
26
Image source: Pixabay

Pada tahun 2025, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menghadapi persoalan klasik: krisis air bersih. Kekeringan yang meluas terjadi tidak hanya di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul, tetapi juga menyerang aspek kualitas air di Kota Yogyakarta.

Akar Permasalahan: Kekeringan Ekstrem dan Pencemaran

Menurut BPBD DIY, kekeringan tahun ini berlangsung lebih awal—menyambut musim kemarau yang mulai akhir Mei—dan intensitasnya tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Fenomena global seperti El Niño dan Indian Ocean Dipole (IOD) turut memperparah situasi kekeringan di wilayah DIY. Selain itu, kawasan perkotaan seperti Kota Yogyakarta mengalami pencemaran air tanah dan sumur yang cukup parah. Hasil Survei Kualitas Air menunjukkan 67,1% rumah tangga memiliki air minum yang terkontaminasi bakteri E. coli, dan ini lebih buruk dibandingkan wilayah pedesaan.

Dampak Sosial dan Kesehatan

Krisis ini tidak hanya menyulitkan aktivitas sehari-hari seperti memasak dan mandi, tetapi juga berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Ketersediaan air yang minim semakin memperburuk masalah stunting dan kemiskinan di DIY. Di beberapa kabupaten seperti Bantul dan Gunungkidul, suplai air dari PDAM tak maksimal karena debit rendah saat musim kemarau, memaksa warga mengandalkan distribusi air bantuan dan sumur bor darurat.

Upaya Penanganan: Kolaborasi Multi-Pihak

Pemerintah DIY menyusun strategi mitigasi melalui beberapa program:

  • Distribusi air bersih massal melalui BPBD, Dinas Sosial, BAZNAS dan relawan mencapai puluhan juta liter air ke wilayah terdampak.

  • Pembangunan sumur bor dan embung di berbagai titik rawan kekeringan. Pada awal 2025, sudah dibuat sekitar 160 sumur di Bantul melalui SPAMBM, dan masih ada 28 lokasi menunggu dukungan CSR dan anggaran Rp 2,8 miliar untuk penyelesaian proyek.

  • Explorasi air bawah tanah—seperti eksplorasi di Goa Gebyok dan Goa Cikal—telah menghasilkan sumber air potensial, meski sinkronisasi listrik dan pompa masih menjadi kendala.

  • Edukasi masyarakat soal konservasi air, hemat, dan sanitasi juga digalakkan melalui Dinas Sosial dan BPBD DIY.

Menuju Solusi Berkelanjutan

Kondisi krisis air bersih di Yogyakarta 2025 menunjukkan betapa pentingnya pendekatan komprehensif: teknologi, infrastruktur, regulasi, dan partisipasi masyarakat harus berjalan bersamaan. Pemetaan wilayah rawan, pembangunan sumur bor, reboisasi, serta pengaturan kualitas air menjadi kunci untuk mencapai target DIY bebas krisis air bersih pada 2026–2027.

Krisis air bersih di DIY tahun 2025 merupakan gabungan kekeringan ekstrem, sumber air terkontaminasi, dan kurangnya infrastruktur. Namun, melalui kolaborasi antar sektor, diyakini setiap warga bisa mendapatkan akses air bersih yang layak dalam waktu dekat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here